Sabtu, 07 November 2015

Tugas 2 Softskill

Nama : Zenia Zuraini Fatnie Pakaya
Npm : 1C514665
Kelas : 2PA17

1.                Artikel / berita fenomena identitas diri melalui internet

Fenomena Kecanduan Internet di Kalangan Pelajar
Di era reformasi saat ini, terjadi suatu perubahan yang substansial dimana itu terjadi pada generasi muda bangsa yang adalah tulang punggung Negara. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang besar dalam setiap aspek kehidupan masyarakat secara umum dan pelajar secara khusus.
Hasil temuan teknologi tersebut kemudian dimanfaatkan dalam setiap aktifitas kehidupan manusia. Teknologipun kian hari kian berkembang seiring berjalannya waktu. Jika mereka tidak mengenal teknologi, kelak mereka akan tertinggal dalam peradabannya. Namun setiap hal layaknya seperti sebuah koin, memiliki dua sisi. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya internet ini selain membawa dampak yang positif maka dengan sendirinya dampak negatif itu muncul.
Sebelum kita membahas lebih lanjut lagi mengenai dampak yang diberikan internet, terlebih dahulu kita membahas apa sebenarnya internet itu.
Internet merupakan sebuah singkatan dari interconnected networking. Istilah INTERNET berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti antara Internet adalah sebuah dunia maya jaringan komputer (interkoneksi) yang terbentuk dari miliaran komputer di dunia. Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi. Internet memungkinkan kita untuk menghilangkan hambatan jarak dan waktu dalam mendapatkan informasi. Internet merupakan sebuah jaringan komunikasi dan informasi global.
Ketika kita bergaul dengan internet maka kita akan mendapatkan banyak hal. Begitu banyak hal yang membuat internet menarik untuk ditelusuri (surfing and browsing) mulai dari hal- hal yang dapat memperkaya pengetahuan bahkan sampai pada hal-hal yang dapat merusak kepribadian seseorang.

KECANDUAN BANYAK MENYERANG REMAJA
Kebanyakan pelajar merupakan remaja, sehingga para pelajar sangat mudah terserang kecanduan ini. Remaja yang kecanduan internet punya kemungkinan lebih besar untuk melakukan perbuatan yang membahayakan diri mereka, demikian hasil studi ilmuwan Australia-China seperti dilaporkan Reuters health. Para peneliti mengkaji 1.618 remaja berusia 13 sampai 18 tahun dari Provinsi Guangdong di China mengenai perilaku memukul diri, menjambak, mencubit atau membakar diri. Para responden juga diberi tes guna mengukur tingkat kecanduan mereka terhadap internet. Kecanduan internet telah dikategorikan sebagai masalah kesehatan mental sejak pertengahan 1990-an dengan gejala yang serupa dengan kecanduan lain. Tes itu mendapati bahwa sebanyak 10 persen siswa yang disurvei kecanduan internet pada tingkat sedang, sementara kurang dari satu persen adalah pecandu berat internet.
Semua siswa yang dikategorikan sebagai kecanduan tingkat sedang terhadap internet, 2,4 kali lipat lebih besar kemungkinannya melukai diri sendiri, satu sampai lima kali dalam 6 bulan belakangan dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan internet, kata Dr. Lawrence Lam dari University of Notre Dame, Australia. Siswa yang kecanduan Internet pada tingkat sedang hingga parah hampir lima kali lipat lebih mungkin dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan untuk melukai diri mereka sendiri enam kali atau lebih dalam 6 bulan belakangan, kata Lam dan rekannya dari Sun Yat-Sen University, Guangzhou.
Untuk para orang tua, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Sesuaikan pengawasan yang diberikan dengan usia anak.
2. Di usia TK, anak hanya sebatas melihat dan menerima penjelasan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya. Orang tua harus mencarikan informasi dan membukakan halamannya.
3. Pada usia SD dan SMP, anak dapat browsing secara mandiri. Namun, beri batasan apa saja yang boleh dikunjunginya. Orang tua mesti berada di samping anak untuk mendampinginya berselancar di world wide web.
4. Bekali anak dengan pegangan moral. Inilah yang akan memagari mereka dari keburukan yang mungkin ditemuinya saat browsing.
5. Berikan aturan yang jelas. Pastikan anak memiliki batasan waktu maupun budget untuk mengakses internet. Rambu inilah yang dapat mengawal anak yang sudah remaja ketika memanfaatkan internet di kesehariannya
2. Sebutkan aspek demografis (gender, usia, budaya) dari individu pengguna internet. Lalu jelaskan dampak negative dan positifnya!

B. Aspek Demografis dari individu pengguna internet.
Situs jejaring social memiliki beragam fitus teknis. Namun pada umunya, mereka memuat dan memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam system tersebut. Umumnya profil disusun berdasarkan pernyataan yang mengacu pada usia, gender,  lokasi, dan “tentang saya”. Biasanya pengguna dapat mengetahui gender pengguna lain berdasarkan nama atau foto profil yang diunggah pengguna lain. Ini digunakan untuk memperkenalkan diri kepada dunia maya tentang siapa dan bagaimana tentang dirinya.
Berangkat dari studi mengenai komunikasi interpersonal dan media, para peneliti telah mengembangkan tipologi untuk berbagai motif dalam penggunaan internet, yaitu:

1.      Kegunaan interpersonal
2.      Mengisi waktu luang
3.      Pencarian informasi
4.      Kemudahan/kenyamanan
5.      Hiburan

Diseluruh di dunia, terutama di Indonesia, usia muda adalah usia yang banyak menggunkana internet dan banyak menghabiskan waktu didunia maya dan bersosialisaisi dijejaring sosial seperti facebook, twitter ataupun jaringan sosial yang lain. Pemasar yang ingin memasarkan barang produksi untuk kaula muda dapat memanfaatkan social media sebagai sarana promosi yang sangat ampuh. Contohnnya situs http://www.tokobagus.com/  yang dimana pemasar dapat mempromosikan barang produksinya disitu tersebut.

V.                Kesimpulan

Banyak sekali terjadinya fenemona identitas diri melalui internet secara identitas nyata maupun identitas virtual yang memungkinkan individu mengubah sama sekali identitas nyatanya ke sebuah identitas lain yang sifatnya virtual dan karakteristik seseorang indvidu.
Saat ini banyak sekali jejaring sosial yang bermuculan, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram dan lain-lain. Banyak orang  yang mengunakan identitas palsu atau bisa disebut anonim untuk mendaftrakan diri / menjadi penguna aktif dari salah satu jaringan sosial. Antaralain faktor-faktor yang membuat seseorang mengunakan identitas palsu adalah untuk menutup jejak didunia maya, dan menjaga repotasi harga diri. Dimana seseorang ingin meluapkan emosinya didunia maya, tanpa diketahui oleh orang lain siapa dia sebenarnya.
Jadi perkembangan internet pun akan berdampak positif maupuun negatif, tergantung dengan individu itu sendiri yang mengunakan atau berinteraksi dengan internet.



3. Berikan contoh kasus kecanduan terhadap internet. Lalu cari solusi dan cara mencegahnya!

Anda jangan kaget jika game online tidak hanya membuat candu anak-anak, bahkan mahasiswa pun ada yang “terjerumus” kecanduan game online. Kasusnya terjadi pada mahasiswa ITB, kebetulan mahasiswa di lingkungan fakultas saya. Nilai-nilai kuliahnya anjlok.. jlok..jlok, bahkan terancam drop out (DO), setelah ybs kecanduan game online. Bisa dimengerti kenapa anjlok sebab ia jarang kuliah, tidak ikut ujian, dan tidak membuat tugas kuliah. Untung saja kasus ini dapat diketahui oleh dosen walinya sehingga orangtuanya dipanggil ke kampus. Namun untuk melepaskan si mahasiswa dari kecanduan game online rupanya tidak mudah, dia perlu didampingi dua orang piskolog sekaligus untuk melepaskan ketergantungannya pada game online. Seperti apa terapinya saya kurang tahu. Yang jelas dukungan dan perhatian dari orangtua, teman, dan lingkungan sangat dibutuhkan dalam proses melepaskan ketergantungan game onlinetersebut.
Saya tidak mendengar kabar selanjutnya tentang mahasiswa yang kecanduan game onlinetersebut, namun sekarang ganti mahasiswa di bawah perwalian saya sendiri yang terkena candu game online. Program TPB-nya (tingkat 1 di ITB) sangat kritis, dia terancam D.O sebab sebagian besar mata kuliah TPB-nya tidak lulus. Kesempatan terakhir tinggal pada semester ini saja untuk menyelamatkan nasibnya di ITB. Parah, parah, parah!

ada beberapa tips yang dapat digunakan untuk memantu mereka mengatasi kecanduan tersebut.
  • 1. Miliki Niat dan Tekat yang Kuat untuk Berubah
    Jika Anda serius untuk berhenti dari kecanduan ini, memang hal pertama yang harus Anda miliki adalah tekad serta kemauan yang kuat untuk terlepas dari kebiasan tersebut. Memang awalnya akan mengalami kesulitan untuk tetap bisa menjaga komitmen. Namun percayalah, bila niat Anda kuat, maka Anda akan bisa melewatinya dengan baik, motivasilah diri Anda bahwa Anda pasti bisa berubah.
  • 2. Perkuat Hubungan Anda dengan Tuhan
    Hal yang satu ini tidak dapat Anda sepelekan karena dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, Anda akan lebih percaya diri bahwa Anda dapat berubah. Berdoalah selalu dan perbanyak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
  • 3. Pikirkan Selalu Dampak Buruknya
    Dengan selalu memikirkan dampak buruknya, sedikit demi sedikit Anda akan mulai menjauhi game online tersebut, karena dengan cara ini Anda akan tersugesti seandainya hal-hal buruk tersebut menimpa diri Anda sendiri.
  • 4. Berhentilah Bermain Game Online
    Karena Anda sudah berkomitmen untuk sembuh dari kecanduan ini, maka Anda harus mau untuk berhenti memainkan permainan tersebut. Jangan Anda mengurangi durasi bermain Anda, tetapi berhentilah saat itu juga, karena bila Anda hanya mengurangi durasinya, maka keinginan untuk memainkannya pasti akan muncul kembali, bahkan mungkin lebih besar, sehingga Anda tidak dapat mengendalikannya. Pikirkanlah selalu bahwa lebih baik tidak memainkannya daripada terjerumus lagi. Namun suatu saat, ketika Anda sudah dapat mengendalikan kecanduan Anda, bila tiba-tiba Anda ingin memainkannya, maka Anda tidak perlu merasa khawatir karena pasti Anda sudah bisa mengendalikan diri Anda.
  • 5. Terbuka pada Orang Terdekat
    Ceritakanlah tentang kecanduan yang Anda alami kepada keluarga Anda supaya keluarga Anda dapat memberi dukungan atau jalan keluar untuk Anda. Jangan malu untuk berkata jujur kepada mereka. Dengan keterbukaan Anda itu akan memberi kepercayaan diri untuk terlepas dari kecanduan game online.
  • 6. Menjauhkan Diri dari Perangkat Game Anda
    Segera kemasi dan sembunyikan perangkat game Anda supaya Anda tidak tergoda untuk memainkannya lagi. Usahakan di kamar Anda tidak terpasang perangkat game online, karena kurangnya pengawasan dari orang terdekat atau dari orang tua Anda, maka Anda akan tergoda untuk memainkannya tanpa adanya teguran dari mereka.
  • 7. Melakukan Hal Positif saat Waktu Luang
    Sebisa mungkin luangkan waktu Anda untuk melakukan kegiatan lain selain bermain game online. Perbanyak kegiatan positif yang bisa Anda lakukan seperti bersenda gurau dengan keluarga, olahraga, menulis blog, bermain musik, dan sebagainya. Buat diri Anda sesibuk mungkin dengan hobi baru Anda sehingga Anda tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan bermain game onlline kembali.
  • 8. Berbaurlah dengan Orang Lain
    Berinteraksi dengan orang lain sangat penting bagi manusia. Oleh karena itu, mulailah keluar rumah jangan mengurung diri di kamar, hubungi segera teman-teman Anda untuk kumpul bersama membahas kegiatan yang positif.


4. Sebutkan etika-etika dalam penelitian internet!

etika dalam penelitian internet

1. Menghormati martabat subjek penelitian
Penelitian yang dilakukan harus manjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.


2. Asas kemanfaatan. Penelitian yang dilakukan harus mepertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.


3. Berkeadilan.
Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.

4. Informed consent.
Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian, manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja.


5. Sebutkan aktivitas-aktivitas yang tergolong dalam tindakan plagiat!

1. "Copy & Paste Plagiarism"
Jika seseorang melakukan tindakan copy & paste terhadap suatu sumber tertentu, orang tersebut harus meletakan tanda kutip serta nama sumber kutipan tersebut.

2. "Word Switch Plagiarism"
Mengambil dan menulis suatu kutipan dari sumber tertentu dan hanya mengubah sedikit kata, phrase, atau kalimat juga merupakan tindakan plagiat. Oleh karena itu, penulis harus tetap meletakan tanda kutip pada tulisannya. Untuk menghindari tuduhan plagiat, seorang penulis sebaiknya melakukan paraphrasing.

3. "Style Plagiarism" 
Jika seorang penulis menulis suatu tulisan dengan mengikuti cara atau gaya seseorang dalam menyampaikan ide atau alasan, penulis tersebut juga dikatakan sebagai plagiat. Penulis yang meniru gaya menulis orang lain termasuk pada tindakan plagiat gaya (Style Plagiarism)walaupun tulisan tersebut tidak memiliki kesamaan kata dan frase sekalipun. 

4. "Metaphor Plagiarism"
Terkadang seseorang menulis dengan tujuan untuk menyentuh sisi emosional pembacanya. Aktivitas menulis yang mengikuti cara seseorang dalam membuat susunan, gaya bahasa, kata, dan kalimat merupakan tindakan plagiat.

5." Idea Plagiarism"
Tindakan plagiat pada jenis ini memang sedikit sulit untuk dipahami. Plagiat ide terjadi jika seseorang menuliskan suatu kesimpulan, solusi, atau pengertian tentang suatu hal yang dia peroleh dari suatu sumber tertentu. Contohnya, seseorang yang menuliskan tulisan mengenai “Strategi Penanggulangan Banjir” yang dia dapat dari seseorang. Tindakan penulis tersebut akan termasuk plagiat jika tidak mencantumkan sumber referensi tulisan.



6. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan plagiat!


Faktor Tindak Plagiat
Beberapa faktor yang menyebabkan tindak plagiat masih terjadi di kalanagan mahasiswa adalah:
Kurangnya pengetahuan tentang aturan penulisan karya ilmiah.
Mahasiswa seringkali di berikan banyak tugas oleh dosen. Di dalam membuat tugas yang di berikan oleh dosen, sebagian  mahasiswa belum mengerti tentang bagaimana tata cara membuat karya ilmiah. Oleh sebab itulah  sangat penting untuk memahami tata cara penulisan yang baik dan benar.

Penyalahgunaan teknologi
Di dalam erang yang serba modern, banyak sekali kita mendapatkan sebuah informasi. Entah itu melalui medai cetak maupun media elektronik. Akan tetapi banyak  mahasiswa yang menggunakan teknologi sebagai bahan referensinya, internet adalah salah  satu  contoh yang sering di gunakan oleh mahasiswa untuk bahan referensi. Akan  tetapi mahasiswa sering tidak mencantumkan sumber yang mereka peroleh ke dalam tugasnya.  

Malas
Sifat  malas  pasti ada pada dalam diri seorang  manusia, begitupun seorang mahasiswa pasti mempunyai sifat malas. Karena dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen sehingga mereka mengambil jalan pintas dengan  copy-paste karya seseorang  dengan  tidak mencantumkan darimana sumber yang mereka dapatkan.

Tidak percaya diri
Mahasiswa sangat berbeda sekali dengan  seorang  siswa. Seringkali mereka tidak percaya diri akan pikiran-pikiran yang mereka keluarkan. Bahkan mereka beranggapan karya orang  orang lain di anggap lebih sempurna dari pada karyanya sendiri. Tetapi  tiu belum pasti benar. Yang harus di tanamkan di dalam diri setiap mahasiswa adalah  kepercayaan diri.

Hanya menginginkan nilai bagus.
Bayak mahasiswa yang kuliah hanya untuk mendapatkan gelar saja. Mereka tidak dapat mengembangkan pola fikirnya. Sehingga mereka berfikiran sempit dengan beranggapan kuliah hanya untuk mendapat nilai bagus. Sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk mendat nilai bagus dari dosen.

Sanksi belum ditegakkan secara tegas
Di Indonesia sudah  terdapat perlindungan  terhadap hasil karya seseorang. Akan tetapi hukum yang sudah ada belum secara maksimal di tegakkan. Sehingga tindak plagiat masih terjadi di kalangan mahasiswa. Bahkan tidak dapat di bedakan antara kaya yang asli dengan karya jiplakkan. Karena ahlinya seorang  plagiator.



Upaya Untuk Mengurangi Tindak Plagiat

Ditinjau dari faktor-faktor  yang  telah diuraikan diatas, penyebabkan plagiat tetap berlangsung di kalangan mahasiswa, ada beberapa upaya yang harus di lakukan oleh mahasiswa untuk mengurangi plagiat ialah sebagai berikut:

Mempelajari tata cara penulisan karya ilmiah.
Di dalam kehidupan  sebagai mahasiswa kita harus selalu membaca. Kita pasti mendapatkan buku panduan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sehingga kita baca dan pahami bagaimana tatacara dalam  membuat sebuah karya tulis ilmiah.Tindakan yang tegas bagi para plagiator.

Hukum harus bertidak tegas terhadap para plagiator. Jangan  pandang bulu. Sehingga dalam penegakan hukum dapat berjalan  dengan  lancar dan membuat jera para plagiator.  Menanamkan moral  anti plagiat dalam diri sendiri.Penanaman  moral anti plagiat sangat penting sekali. Mereka harus percaya diri dalam mengerjakan tugas. Bukan nilai yang baik dalam mengerjakn tugas, tetapi ilmu yang bermanfaatlah yang kita cari. Sehingga terdi sifat menghargai antar karya seseorang.


Beberapa upaya telah dilakukan institusi perguruan tinggi untuk menghindarikan masyarakat akademisnya, dari tindakan plagiarisme, sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini, pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan yang dilakukan antara lain (Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7):

Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung unsur plagiat.

Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.

Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17 Tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis.

Selain bentuk pencegahan yang telah disebutkan di atas, sebagaimana ditulis dalamhttp://writing.mit.edu/wcc/avoidingplagiarism, ada langkah yang harus diperhatikan untuk mencegah atau menghindarkan kita dari plagiarisme, yaitu melakukan pengutipan dan/atau melakukan paraphrase.

PengutipanMenggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan menyebutkan sumbernya.
Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Yang dimaksud adalah sesuai panduan yang ditetapkan masing-masing institusi dalam penulisan daftar pustaka.

Tips menulis, agar terhindar dari plagiarisme
Tentukan buku yang hendak anda baca
Sediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan satukan dengan penjepit.
Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman pada kertas kecil paling depan
Sembari membaca buku, salin ide utama yang anda dapatkan pada kertas-kertas kecil tersebut.
Setelah selesai membaca buku, anda fokus pada catatan andaKetika menulis artikel, maka jika ingin menyitir dari buku yang telah anda baca, fokuslah pada kertas catatan.
Kembangkan kalimat anda sendiri dari catatan yang anda buat.

Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut:
Teguran
Peringatan tertulis
Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
Pembatalan nilai
Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.

7. Sebutkan cara dan upaya untuk mengurangi plagiat!

Plagiat yang sering terjadi di kalangan pelajar maupun mahasiswa terkadang tidak menjadi permasalahan pokok dalam bidang akademik sehingga hal itu kerap terjadi dan merupakan priklaku yang sangat lumrah bagi kalangan pelajar maupun mahasiswa. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya plagiat, di antaranya:
1. Pihak akademik maupun perguruan tinggi memberikan suatu pemahaman akan pentingnya bersikap benar dan anti plagiat
2. Pihak perguruan tinggi selalu mengawasi setiap tugas mahasiswa dalam bentuk apapun
3. Dalam melaksanakan pembelajaran dari pihak akademik selalu memberikan pemahaman tentang kode etik mahasiswa
4. Pada setiap karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus dilampirkar pernyataan yang ditandatangani oleh penyusun bahwa :
• Karya ilmiah tersebut bebas plagiat
• Apabila terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka penyusunnya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.[2]

C. Penanggulangan
Hal yang harus dilakukan ketika plagiat itu terjadi, diantaranya:
1. Memberikan sanksi terhadap palajar atau mahasiswa jika diketahui malakukan plagiat
2. Pihak jurusan atau ketua jurusan memberikan mandat terhadap salah satu dosen untuk memberikan suatu kesaksian terhadap mahasiswa yang melakukan plagiat[3]
3. Melakukan tindak lanjut terhadap mahasiswa yang di duga melakukan plagiat dan apabila tidak terbukti maka sanksi juga tidak dapat dijatuhkan terhadap mahasiswa.

Dengan adanya upaya dari pihak sekolah khususnya pihak akademik itu sendiri mungkin prilaku plagiat akan terhapuskan dan juga perlunya kesadaran dari individu itu sendiri ketika individu tersebut sudah mulai sadar maka, kebenaran juga akan melekat pada dirinya dan menjadi suatu acuan kebenaran dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah maupun tugas kuliah. Plagiat yang sering terjadi ketika kita gampang mengakses semua tugas di internet dan dengan kata lain perlu adanya pengaturan dalam internet agar tidak dapat di Copy Paste ke dalam Word. Dengan adanya upaya seperti itu tentunya para pelajar maupun mahasiswa juga akan berupaya sendiri untuk mencari bahan referensi ke perpus atau ke tempat lain selain internet dan tentunya juga sangatlah penting menambah sumber daya buku yang ada di perpustakaan sekolah atau kampus agar dapat memberikan bantuan untuk para pelajar maupun mahasiswa untuk tidak melakukan tindakan plagiat.

sumber: 
Barnbaum, C. “Plagiarism: A Student's Guide to Recognizing It and Avoiding It.” Valdosta State
University”
Liles, Jeffrey A. and Michael E. Rozalski. “It's a Matter of Style: A Style Manual Workshops for
Preventing Plagiarism.” College & Undergraduate Libraries, 11 (2), 2004, p. 91-101.